Kisah Seorang Petani, Anak, dan Keledai

Suatu ketika di jazirah arab, berjalanlah seorang petani tua dengan anaknya yang masih muda menaiki seekor keledai menuju ke sebuah pasar yang letaknya jauh dari rumahnya. Ketiganya berjalan terus sampai berpapasan dengan seseorang lelaki di jalan. Kemudian orang tersebut mengucapkan salam kepada petani bersama anaknya tadi. Dijawablah salam tersebut kemudian mereka berhenti sejenak. Orang tersebut lantas berkata lagi,

"Wahai saudaraku, aku melihat engkau bersama anakmu dari jauh sana, kemudian berpapasan dengan aku disini, yang saya perhatikan bukan kalian, tetapi keledai yang kalian tumpangi, tidak kasiankah kalian kepada keledai ini. Badannya kecil, terus kalian naiki berdua di atasnya!"

"Wahai saudaraku, jika memang demikian halnya, apa yang harus kali lakukan?" Jawab Petani

"Saudara turunlah dan berjalan kaki, biarkan anak saudara  saja yang menaikinya, itu tidak akan mengurangi beban dari keledai saudara!" Sahut lelaki tersebut

Turunlah si petani tersebut dari seekor keledai, setelah mengucapkan salam, mereka berangkat lagi ke pasar dengan berjalan kaki dan si anak tersebut masih menunggangi keledai itu. Selang beberapa waktu, bertemulah mereka dengan seseorang lagi. Orang itu mengucapkan salam lagi, dan si petani dan anaknya pun menjawab sembari berhenti sejenak. Berkatalah seseorang tersebut,

"Wahai saudaraku saya melihat saudara yang sudah tua berjalan kaki, sedangkan anak saudara yang masih muda yang masih kuat berjalan malah menaiki keledai! Apa anak saudara tidak kasihan kepada saudara?"

"Wahai saudaraku, jike memang itu benar, apa yang harus kami lakukan?" Jawab si petani

"Turunlah engkau anak muda, temanilah ayahmu berjalan" Sahut si orang tersebut kepada sang anak yang menunggangi keledai itu.

Turunlah si anak, kemudian setelah mengucap salam mereka berjalan kembali ke pasar, baik petani, anak, dan keledai tersebut berjalan kaki. Setelah hampir mencapai pasar, mereka bertemu dengan seseorang lagi, orang tersebut pun mengucapkan salam seperti biasa, kemudian bersahut,

"Wahai saudaraku,, aku melihat saudara dari kejauhan berjalan kaki dengan anak saudara, sedangkan kalian membawa keledai bersama kalian. Terus apa gunanya keledai tersebut saudara pelihara, saudara rawat, kalau tidak kalian manfaatkan sebagai kendaraan?"

"Wahai saudaraku, engkau memang benar, tapi tujuan kami hanya pasar di depan sana yang sudah dekat, maka kami akan berjalan kaki saja!" Jawab si petani, kemudian meneruskan perjalanannya bersama anaknya.

Sesampainya di pasar, petani tersebut berbelanja banyak sebagai cadangan makanan dan kebutuhan karena rumahnya yang jauh dari pasar. Barang-barang tersebut akhirnya dinaikkan di atas keledai tersebut hingga penuh sudah pundak keledai tersebut. Sebelum kembali pulang, si petani tersebut bertanya kepada anaknya,

"Wahai anakku, apa yang bisa kamu ambil dari pelajaran kita hari ini?" Tanya si petani. Anaknya pun menggeleng-gelengkan kepala. Si petani tadi pun menyahut, "Semua yang kita lakukan, semua yang kita anggap benar menurut kita, belum tentu itu benar menurut orang lain. Jadi, percuma kita berlomba-lomba untuk mendapatkan ridho manusia, yang seharusnya kita lakukan adalah berlomba-lomba mendapatkan ridho Allah SWT. Jika ada perbedaan pendapat, itu adalah hal yang wajar, dan kita tidak harus berdebat dengan perbedaan tersebut yang akan membuat perpecahan di antara kita!" Anak tersebut pun mengganggukkan kepala, entah dia tahu atau tidak. Kemudian berjalanlah mereka kembali ke rumah sambil berjalan kaki dan barang-barang yang dinaikkan di atas keledai tersebut hingga penuh.





Komentar anda sangat diharapkan untuk ikut membangun blog ini! Syarat berkomentar:
1. Isi berupa saran dan kritik yang membangun
2. Tidak berisi kata sara, ejekan, atau hinaan terhadap satu atau sebagian kaum
3. Apabila ada perbedaan pendapat silakan sampaikan secara musyawarah & mufakat

Related

Inspirasi 6930155790107264261

Posting Komentar

Comments
1 Comments

emo-but-icon

Follow Us

Follow Us

Like Us

Live Traffic

item