Terbuai dengan Kefanaan Dunia
http://islam-iah.blogspot.com/2014/03/terbuai-dengan-kefanaan-dunia.html
Diceritakan bahwa saat Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan orang yang sudah tua renta. Lalu beliau bertanya kepadanya, "Siapakah tuan?" Orang itu menjawab, "Akulah dunia."
Dunia ini menipu seperti tipu muslihat burung beo pada kisah Burung Beo dan Saudagar Kaya
Daftar Pustaka:
Tasirun Sulaiman, A Book of Wisdom, 2005, Jakarta: Mizan Media Utama
"Dunia" dalam bahasa arab berasal dari akar kata - sesuai ilmu sharaf - dana, yang berarti yang "tidak langgeng", "temporal", "hilang", dan "cepat berlalu". Dalam sebuah syair lagu yang digunakan Rhoma Irama berkolaburasi dengan musikus India disebutkan Sifana.
Dikatakan, bahwa dunia diciptakan sesungguhnya untuk menjadi sarana, fasilitas untuk mempermudah pengabdian dan ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an sendiri diistilahkan dengan menjadikannya sebagai syahhara lakum - menjadi suatu yang serviceable
Namun dalam praktiknya, fasilitas yang semestinya menjadi alat penghambatan dan ibadah kepada Allah SWT, ini sering malah sebaliknya. Dia menjadi penghalang. Bahkan tidak sedikit malah menjauhkan diri dari Allah SWT.
Demi dunia, orang rela melakukan pemujaan pada setan: melakukan pesugihan, babi ngepet, kantong wewe, memelihara tuyul, dll. Pada akhirnya menjauhi dan mengingkari bahkan kafir kepada Allah SWT.
Dalam pandangan Sufi, dunia ini menjuadi penghalang. Oleh karenanya, para sufi lebih suka mengikuti jalan hidup sebagai zahid. Mereka menjauhi kehidupan dunia yang hedonistik - yang memanjakan kenikmatan dan keenakan, dan melalaikan hati untuk dekat dan ingat kepada Allah SWT.
Barangkali ada baiknya juga disinggung, apakah untuk menjadi sufi harus menjadi zahid, menjadi asketik, dan tidak boleh kaya? Dalam sebuah surat yang ditulis seseorang dalam majalah Sufi yang diasuh ustadz Lukman Hakim, dikatakan bahwa menjadi sufi yang kaya tidak masalah, karena intinya menjadi sufi adalah orang yang selalu dekat, dan dapat merasakan serta makrifat kepada Allah SWT.
Dalam pandangan para teolog, seperti Nurcholish Madjid dengan ide-ide desakralisasi-nya yang non-Tuhan, "Orang tidak boleh bahkan diharamkan tunduk apalagi sampai menjadi abdi dan budak dunia. Hal ini melanggar fitrah dan kehormatan sebagai sebaik-baiknya ciptaan Allah SWT."
Kata Nurcholis Madjid - mirip dengan istilah teologi pembebasan, bahwa dengan beragama dan bertauhid secara benar, maka manusia tidak boleh menundukkan kepalanya kepada dunia kecuali kepada Allah SWT.
Jadi, menjadi naif, absurd, konyol, atau apalagi kalau manusia yang sudah didekralasikan sendiri oleh pencipta-Nya, Allah SWT sebagai makhluk yang mulia malah menjadi budak dan hamba dunia.
Seperti dalam kandungan syair Sifana, Rhoma Irama mengatakan bahwa dunia ini tidak berhenti menggoda dan memperdaya manusia dengan segala bujuk rayu, tipu daya, dan muslihatnya: perhiasan, kemewahan, kesenangan, dan keindahan, bahkan keabadian.
Yang kaya terus tergoda tidak ada puasnya. Yang miskin tebuai impian mengejar-ngejar dengan segala daya dan cara. Tidak saja yang tua yang tergila-gila tapi juga yang muda. Demi dunia, orang tidak pernah menyerah, never say die. Akhirnya, dia pun rela menjadi budaknya atau binasa menjadi korban bujuk rayunya.
Dunia ini menipu seperti tipu muslihat burung beo pada kisah Burung Beo dan Saudagar Kaya
Daftar Pustaka:
Tasirun Sulaiman, A Book of Wisdom, 2005, Jakarta: Mizan Media Utama