Aku atau Engkau yang Membawa Sial?

Setelah berkuasa, Raja Timurlenk suka berkeliling mengunjungi desa unruk meminta pajak dan merampas harta benda milik warganya. Ketika Raja Timurlenk memasuki sebuah desa, warga desa oun kabur: mereka lari pontang panting ketakutan. Di tengah keblingsatan itu, ada seorang yang sangat tenang. Dia seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Ketika Raja Timurlenk berpapasan dengan orang ini, ia heran dengan perilaku dan penampilannya. Dengan baju compang-camping, kepalanya digulung sebuah handuk. Lalu Raja Timurlenk pun menyuruh pembantunya agar orang yang unik itu dibawa ke hadapannya. Ketika dia sudah berada di hadapannya, Raja pun bertanya siapa namanya. Dia, memberitahukan namanya, Nasrudin. Setelah bertanya-jawab, Raja sepertinya benar-benar tertarik dengan omongan dan gaya Nasrudin. Namun akhirnya mereka berpisah.

Suatu hari, Raja Tumerlenk tiba-tiba teringat akan perawakan Nasrudin dan berkeingingan untuk berjumpa dengan orang unik tersebut. Raja pun mengutus seorang pembantunya untuk menjemput Nasrudin di gubuknya dan dibawa ke istana untuk menemui sang Raha. Tapi anehnya, Nasrudin tidak mau berangkat ke istana. Raja Tumerleng akhirnya kesal, kemudian memutuskan untuk menjemput Nasrudin keesokan harinya.

Kabar mulai menyebar di desa Nasrudin. Akhirnya muncullah issu bahwa Nasrudin akan dihukum karena perbuatannya tersebut: membuat sang Raja kesal. Nasrudin mendapatkan sebuah ide, kalau dirinya harus mengenakan pakaian yang menyeramkan dan berjalan memakai galah (tongkat yang panjang) sehingga terlihat sangat tinggi.

Benar saja, ketika keesokan harinya sang Raja datang ke gubuk Nasrudin, Nasrudin berpenampilan seram dengan badan yang tinggi. Sontak hal itu membuat kuda sang Raja dan kuda lain milik pengawal tidak tekendali, sehingga membuat Raja dan semua pengawalnya terjatuh tersungkur dari kudanya. Hal itu membuat Raja Tumerlenk semakin geram dengan tingkah laku Nasrudin. Nasrudin pun digelandang ke istana untuk menjalani pengadilan atas perbuatannya.

Sesampainya di istana, Raha Tumerlink yang sangat marah dan geram kemudian menuduh bahwa Nasrudin telah dengan sengaja berusaha melakukan tindakan yang dapat membahayakan dan membawa sial. Nasrudin harus dihukum gantung atas perbuatannya itu.

Mendengat putusan sang Raja, Nasrudin merasa tidak terima, dia pun menolah tuduhan yang ditujukan kepada dirinya. Bahkan Nasrudin menuduh balik bahwa sang Raja Tumerlenk lah yang sesungguhnya membawa sial kepada dirinya: apa alasannya orang sedang enak-enak istirahat di gubuknya diganggu, malah sekarang mau dihukum gantung!

Lalu Nasrudin berkata kepada sang Raja, "Wahai paduka Raja, kalau saya membawa sial, tentunya ketika Paduka jatuh dari kuda pasti sekalian kepala Paduka diinjak-injak kaki kuda hingga remuk!"

"Nah, sekarang siapa yang sesungguhnya membawa sial?" Nasrudin balik bertanya kepada Raja tersebut. Namun Raja Tumerlenk hanya terdiam merenungi apa yang dikatakan Nasrudin.

Daftar Pustaka:
Tasirun Sulaiman, A Book of Wisdom, 2005, Jakarta: Mizan Media Utama


Komentar anda sangat diharapkan untuk ikut membangun blog ini! Syarat berkomentar:
1. Isi berupa saran dan kritik yang membangun
2. Tidak berisi kata sara, ejekan, atau hinaan terhadap satu atau sebagian kaum
3. Apabila ada perbedaan pendapat silakan sampaikan secara musyawarah & mufakat

Related

Inspirasi 3123361443523253002

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Follow Us

Like Us

Live Traffic

item