Ketika Muslim Menjadi Sesat

Sebagai agama yang diridhoi oleh Allah, Islam mengajarkan umatnya untuk merahmati semua makhluk dan alam seisinya. Bukan hanya sesama umat islam, tetapi kepada umat lain, makhluk lain, dan semuanya, umat islam wajib untuk menghormati, melindungi, memelihara, bukan sebaliknya. Karena Islam sebagai Agama yang Rahmatallil'alamin, dimana disetiap perjalanannya ada Rohman dan Rohim Allah, dan rahmat tersebut adalah perwujudan dari kedua sifat Allah tersebut yang setiap kali kita melakukan sesuatu kita dianjurkan untuk membaca, yaitu bacaan Bismillahirrahmanirrahim.

Namun sangat disayangkan, sekarang ini banyak umat islam yang senang sekali menggunjing, menghina, saling menyalahkan, bukan hanya kepada umat lain, tetapi kepada umat islam lainnya. Tentu ini tidak bisa dibenarkan, karena bagaimanapun, yang namanya menggunjing, menghina, dan menyakiti hati orang lain walau tujuannya itu menasihati ataupun mengingatkan, itu adalah tindakan yang salah, biarpun dilihat dari sudut pandang agama islam sendiri. Mereka yang menggunjing tidak sadar, bahwa ketika mereka menuduh orang lain sesat, musryik, atau kafir, sebenarnya mereka sendiri yang telah tersesat. Karena apa? Mereka tidak sadar bahwa penyakit hati telah menguasai hati mereka. Semua penyakit hati itu dimulai dari rasa merasa benar, itu adalah bibit dari kesombongan, ujub, padahal kita tahu, bahwa orang yang sombong, tidak akan pernah diterima di dalam syurga.

Ingatkah kita dulu kepada kisah nabi Adam waktu di syurga, ketika Iblis disuruh Allah untuk sujud kepada Nabi Adam AS, dia tidak mau, karena Iblis merasa dirinya lebih mulia, dia diciptakan lebih dahulu daripada Nabi Adam, dia diciptakan dari api yang bisa bercahaya, sedangkan Nabi Adam diciptakan dari tanah. Karena kesombongan itu Iblis diusir dari Syurga. Coba bayangkan, Iblis itu sebelumnya Alim, Penurut, dan selalu menjalankan perintah Allah. Tapi karena satu hal kecil, yaitu kesombongan, Allah pun tidak mengijinkan dia untuk tinggal di Syurga, yang sudah di syurga saja dikeluarkan karena sombong, apalagi yang belum masuk syurga sudah sombong, tidak akan mungkin dimasukkan ke syurga!

Seharusnya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, mengapa kita sesama umat islam saja selalu bertengkar, selalu mempertahankan pendapatnya sendiri, dan tidak mau saling memahami, karena sejatinya kebenaran hanya milik Allah SWT.

Yang lebih membahayakan lagi, ada suatu golongan yang memang sengaja ditugaskan untuk menghancurkan Islam melalui adu domba. Itu tidak dapat dipungkiri, karena dalam Al-Qur'an sudah dituliskan secara jelas pada Surat Al-Baqarah : 8 - 20, yang terjemahannya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.


يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ  وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.


يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ  كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ  إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Dari ayat-ayat di atas sudah sangat jelas disebutkan, bahwa ada dari sebagian manusia yang mengakui bahwa dirinya itu orang beriman, tetapi dia tidak sadar bahwa sebenarnya dia tidak beriman. Memang dalam hal keimanan, manusia sangat sulit mengerti apakah dia sudah bisa disebut beriman atau tidak, tetapi pada ayat ke-10 dijelaskan bahwa yang dimaksud Allah pada ayat sebelumnya adalah manusia yang ada penyakit di hatinya, walaupun dalam tampilan luarnya dia terlihat sangat beriman, tetapi jika ada penyakit dihantinya, maka bisu, tuli, dan buta pula hatinya. Lebih parah lagi Allah akan menambah penyakit tersebut.

Karena hatinya bisu, tuli, dan buta, maka mereka merasa selalu berbuat perbaikan (memperbaiki perbuatan-perbuatan umat yang sudah dilakukan sebelumnya yang menurut mereka itu menyalahi syari'at islam), padahal hatinya bisu, tuli, dan buta, sehingga mereka tidak sadar bahwa sebenarnya merekalah yang melakukan kerusakan akhlak mereka sendiri, kerusakan ukuwah islamiah, kerusakan agama islam sendiri yang sebenarnya adalah agama yang rahmatallil'alamin, namun mereka tidak sadar.

Mereka selalu merasa lebih pintar (seperti yang disebutkan pada ayat ke-13 di atas) dan menganggap orang lain semua itu bodoh. Mereka tidak kentara, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka itu terlihat beriman, tetapi dalam hatinya sebenarnya ada kekafiran yang tidak mereka sadari. Padahal keimanan tak akan pernah sempurna tanpa hati yang bersih dan terbuka.

Pada ayat ke-16 disebutkan bahwa "mereka membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk". Yang dimaksud petunjuk di sini adalah Al-Qur'an sendiri. Seperti yang difirmankan oleh Allah pada ayat sebelumnya, Al-Baqarah : 2

لِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ  فِيهِ  هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Jadi sudah sangat jelas, mereka yang sesat (tanpa mereka sadari) adalah mereka yang mengatasnamakan petunjuk Allah (Al-Qur'an) sebagai tameng atau perisai terhadap kebenaran mereka dan tidak mau menerima pendapat lain yang tidak sesuai dengan penafsiran mereka terhadap petunjuk Allah. Karena memang, sebenarnya di dalam Al-Qur'an tidak hanya ada makna tersurat, tapi ada ribuan bahkan jutaan makna yang tersirat di dalamnya. Karena itulah banyak sekali perbedaan penafsiran di dalam Al-Qur'an sesuai tingkat keilmuannya (perlu dikertahui juga, ilmu & pengetahuan itu beda jauh, ilmu itu dari hidayah Allah, sedangkan pengetahuan itu dari pengalaman dan pembelajaran). Sebagai contoh penafsiran huruf ba' pada bacaan basmallah saja sudah banyak sekali penafsiran yang berbeda antar ulama. Jadi jika kita hanya menafsirkan secara harfiah, atau menurut kita sendiri tanpa mau menghormati dan menghargai penafsiran orang lain, maka orang itu bisa dikatakan egois, yang kemudian membuat bibit yang namanya sombong, yang akhirnya terjerumus ke dalam kesesatan yang tidak disadari. Naudzubillah... Bukankah lebih baik melakukan kesesatan yang kita sadari daripada kesesatan yang tidak kita sadari, berarti yang demikian sudah sesat se- sesat-sesatnya.


Umat Muslim yang dirahmati Allah, bukan kita yang sejatinya mampu mengerti 100% apa yang difirmankan Allah di dalam Al-Qur'an, kita hanya mampu menafsirkan sangat sedikit dari kebenaran yang sebenarnya. Maka dari itu, jika ada perbedaan pendapat, tidak usah dipermasalahkan terlalu jauh, apalagi kalau kita sampai terjerumus ke dalam kesesatan yang mengatasnamakan perbaikan. Sebisa mungkin dihindari. Bahkan bukan hanya untuk sesama umat islam, kita juga harus menghormati agama lain pula, karena sejatinya bukan kita yang bisa menentukan kebenaran, tetapi hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui lagi Maha Benar.






Komentar anda sangat diharapkan untuk ikut membangun blog ini! Syarat berkomentar:
1. Isi berupa saran dan kritik yang membangun
2. Tidak berisi kata sara, ejekan, atau hinaan terhadap satu atau sebagian kaum
3. Apabila ada perbedaan pendapat silakan sampaikan secara musyawarah & mufakat

Related

Ulumul Qur'an 9020503338350600164

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Follow Us

Like Us

Live Traffic

item