Raja Termiskin

Suatu siang seorang sufi mendengar keriuhan dan kegaduhan melanda desanya. Teriakan manusia berserakan di udara. Hingar bingar dicampur dengan ringkikan kuda, lenguhan sapi dan kerbau, embikan kambing, dan lainnya. Orang-orang desa sepertinya sedang dicekam rasa takut dan kalut yang sangat. Sang sufi yang sedang asyik dzikir di gubuknya pun terusik, hingga dia pun berhentu dan keluar ingin melihat apa yang sedang terjadi.

Dari kejauhan sang sufi dapat melihat beberapa tentara kerajaan sedang menjarah uang orang-orang desa. Mereka yang tidak punya uang haus merelakan binatang ternaknya digondol. Mereka yang menentang ditendang dan dihajar. Oleh karena itulah kemudian orang-orang desa berlarian menyeret hewan ternaknya agar bisa diselamatkan.

Sang sufi kembali masuk ke gubuknya dan melanjutkan dzikirnya. Siangnya orang-orang desa mengerumuni gubuk sang sufi. Mereka mengeluhkan kekejaman yang dilakukan sang raja.

Akan tetapi, entah bagaimana dua hari kemudian sang sufi dijemput seorang utusan istana. Kabarnya, sang raja yang dzalim itu ingin bertemu dengannya. Kemasyuran sang sufi dalam hal kearifan dan kesalehan membuat sang raja ingin bertemu dengannya. Sesampai di istana, sang guru sufi diantar pengawal menemui raja.

Sang raja sangat senang dengan kedatangan sang sufi. Sang raja pun mempersilakan duduk dengan senyum lebar. Gigi sang raja terlihat di bawah rerimbunan kumis yang lebat. Setelah berbicara banyak sang raja pun merasa senang dan puas dengan karifan sang sufi. Lalu sang raja menyuruh pembantunya mengambil satu kantong uang untuk diberikan kepada sang sufi.

Tapi, apa yang terjadi? Sang sufi yang penampilan luarnya sangat sederhana, seperti seorang darwis, pengemis, tiba-tiba menolak uluran tangan dari sang raja.

Raja sangat heran ketika sang sufi berkata, "Saya kira baginda lebih layak menerima pemberian ini."

"Kenapa begitu?" sergah sang raja dengan keheranan

"Karena sang raja lah orang yang termiskin di negeri ini!" jawab sang sufi

Raja hanya bisa termenung dengan jawaban sang sufi tersebut. Kemudian sang sufi pun bergegas meninggalkan istana.


Daftar Pustaka:
Tasirun Sulaiman, A Book of Wisdom, 2005, Jakarta: Mizan Media Utama


Komentar anda sangat diharapkan untuk ikut membangun blog ini! Syarat berkomentar:
1. Isi berupa saran dan kritik yang membangun
2. Tidak berisi kata sara, ejekan, atau hinaan terhadap satu atau sebagian kaum
3. Apabila ada perbedaan pendapat silakan sampaikan secara musyawarah & mufakat

Related

Inspirasi 5813511289881904734

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Follow Us

Like Us

Live Traffic

item