Ini Pun Akan Berlalu!

Suatu hari seorang sufi melakukan pengembaraan panjang. Setelah mengarungi padang sahara, keluar masuk desa untuk mencari kebenaran sejati, dia kemudian terjebak malam di sebuah desa. Di desa itu sang sufi akhirnya mencari tempat untuk singgah.

Seperti biasa, sang sufi tidak memiliki apa pun. Hartanya hanya buntelan pakaian apa adanya. Pakaian yang digunakan juga amat lusuh. Sang sufi kemudian berhenti di sebuah gubuk. Kepada pemilik gubuk sang sufi menceritakan maksudnya: kalau bisa agar diijinkan menginap semalam.

Sang pemilik gubuk ternyata juga amat miskin. Dia tidak memiliki apapun yang bisa diberikan kepada sang sufi. Keramahan dan kebaikan hatinya mendorong dirinya untuk menolong sang sufi.

"Aku tidak memiliki apapun untuk disuguhkan malam ini. Tentunya tuan sangat lapar," kata sang pemilik rumah

Sang pemilik rumah lantas mengajak sang sufi ke rumah orang paling kaya di desa itu. Setelah berjalan agak lama, sampailah mereka ke rumah yang dituju. Sang pemilik rumah adalah orang yang sangat kaya. Dia memiliki ladang yang sangat luas dan hewan ternak yang cukup banyak. Para penduduk di desa itu rata-rata menjadi kulinya.

Sang pemilik gubuk kemudian menceritakan tentang sang guru sufi. Oleh Syakir, pemilik rumah itu, sang sufi diajak masuk. Sang pemilik gubuk kemudian meminta ijin pulang.

Malam itu sang guru sufi mendapatkan penjamuan yang sangat istimewa dari Syakir. Semalaman sang guru sufi diminta bercerita tentang pengembaraannya. Ceritanya begitu asyik sehingga waktu berlalu begitu cepat. Pagi harinya sang guru sufi minta pamit karena harus melanjutkan pengembaraannya.

Ketika hendak pulang, sang guru sufi mengucapkan terimakasih dan memuji kekayaan yang dimiliki Syakir. Dengan rendah hati, Syakir hanya bisa berujar, "Ini akan berlalu."

Hari terus berganti. Hampir tujuh tahun sudah ketika tiba-tiba sang sufi melintasi desa Syakir. Sang guru sufi pun ingin berjumpa dengannya. Setelah bertanya ke setiap orang yang mereka temui di jalan desa itu, sang guru sufi diantar oleh seseorang menemui Syakir.

Betapa terkejutnya sang guru sufi karena Syakir yang kaya raya kini hanya buruh yang tinggal di sebuah gubuk yang sempit, milik majikannya, Haddad. Syakir tinggal di gubuk itu bersama keluarganya. Meskipun demikian, ada yang tidak berubah pada diri Syakir, yakni keramahannya.

Malam itu sang guru sufi menginap di gubuk Syakir. Syakir menceritakan apa yang menimpa dirinya. Semua ternak dan ladangnya hancur karena kekeringan panjang. Semua ternaknya habis dan tanahnya dijual untuk bisa menyambung hidup keluarga. Sang guru sufi dengan penuh keharuan mendengarkan setiap potongan cerita, hingga waktu pun begitu cepatnya berlalu.

Pagi harinya sang guru sufi dengan berbekal iba kepada sahabatnya, berucap, "Saya ikut berduka atas segala kemalangan yang menimpamu!"

Sang guru sufi kemudian memeluk sahabatnya. Dia pun menepuk-nepuk bahunya seakan ingin berkata, "Bersabarlah!"

Tapi Syakir dengan senyuman yang ramah dan tulus justru membalas dengan optimisme, "Tidak ada masalah, ini akan berlalu."

Kata-katanya begitu bergema di telinga sang guru sufi. Sang guru sufi terus mendengarkan kata "Ini akan berlalu" bergema-gema di telinganya. Sepertinya bibir temannya menempel di telinga sang guru sufi.

Tahun sudah berganti tahun dan sang guru sufi bertekad melakukan ibadah haji. Sang guru sufi kemudian melakukan perjalanan panjang mengarungi berbagai gurun dan lembah. Selepas melakukan ibadah haji, pulanglah sang guru sufi kangen ingin singgah di desa sahabatnya.

Sang guru sufi akhirnya tiba di desa sahabanya. Bukir Pasir, nama desa itu. Ketika berjumpa dengan Syakir, sang guru sufi benar-benar dibuatnya kaget, karena Syakir kini menjadi orang yang paling kaya di desa itu.

Malam itu sang guru sufi tinggal dengan sahabatnya. Sang guru sufi pun bertanya: apa yang membuat dirinya menjadi kaya raya?

Syakit bercerita, kalau majikannya, Haddad, tidak memilik seorang ahli waris. Karena kebaikan hati Haddad, kemudian dia mewariskan semua kekayaannya kepada dirinya. Sang guru sufi terkagum-kagum. Malam itu berlalu begitu cepat. Pagi segera menjelang, sang guru sufi pun pamit pulang.

Ketika pamit sang guru sufi berkata, " Saya ikut bahagia melihat engkau bahagia."

Sembari melepaskan sang guru sufi, Syakir bersahut, "Ini pun akan berlalu!"

Sang guru sufi menjadi bingung dibuatnya. Kenapa setiap hendak pamit meninggalkan sahabatnya, dia selalu berkata, "Ini pun akan berlalu!"

Hari-hari terus berlalu. Sudah lama sang guru sufi tidak mengunjungi sahabatnya. Maka ketika dia melakukan pengembaraan, sang guru sufi pun menyempatkan untuk mengunjungi rumah sahabatnya, Syakir. Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, sampailah dia di desa Bukit Pasir.

Keanehan terjadi. Sang guru sufi tidak dapat berjumpa sahabatnya, Syakir. Sahabatnya telah lama meninggal. Sang guru sufi kemudian mengunjungi makam sahabatnya. Dengan diantar seorang warga, sang guru sufi sampai di kuburan sahabatnya. Betapa terkejutnya sang guru karena dia menemukan kata-kata: "Ini pun akan berlalu" terpahat di atas nisan sahabatnya.

Setelah berdo'a kepada Allah SWT, pikiran sang sufi menjadi benar-benar dibuat bingung: bagaimana nisan bisa berubah? Kalau kekayaan dan kemiskinan itu lumprah, tapi bagaimana mungkin nisan berubah?

Sang guru sufi kemudian pulang. Hari demi hari terus dijalaninya dengan pengembaraan. Sudah lama juga hari-hari itu berlalu ketika tiba-tiba sang guru sufi teringat kata-kata sahabatnya, "Ini pun akan berlalu!"

Sang guru sufi dengan rasa penasaran yang sangat ingin mengunjungi kuburan sahabatnya. Ia ingin tahu apa yang terjadi dengan kuburan sahabatnya. Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, sampailah sang guru sufi di kuburan sahabatnya. Betapa terkejutnya sang sufi, karena kuburan dan batu nisan temannya hilang.

Sang guru sufi kemudian mencari tahu. Dari warga desa diketahui kalau desa Bukit Pasir telah dilanda banjir besar. Segalanya porak poranda, termasuk kuburan dan nisan sahabatnya hilang diterpa banjir. Sang guru sufi benar-benar dibuatna bingung. Namun sang guru sufi kemudian mengurai semua misteri yang tersimpan di balik kata-kata sahabatnya itu: "Ini pun akan berlalu!"

Saat sang guru sufi kian tua, ia memutuskan untuk menetap di desanya. Setiap harinya sang guru sufi sibuk membantu orang-orang mencari pencerahan jiwa. Lama kelamaan nama san popularitas sang guru sufi menjadi tersebar. Orang-orang yang mendatangi rumahnya semakin ramai saja.

Pada suatu hari dia mendapat surat dari seorang pembantu raja. Dalam suratnya diceritakan bahwa sang raja terus dirundung duka dan kesedihan. Berbagai hiburan dan hadiah tetap tidak ada yang bisa mengubahnya. Karena bulan depan sang raja mau ulang tahun, hadiah apa yang kira-kira bisa membuat sang raja gembira?

Setelah membaca surat itu, sang guru sufi termangu. Lembaran surat masih terbuka di tangannya. Pikirannya tiba-tiba menerawang ke sahabatnya yang sangat dikaguminya, Syakir.

Sang guru sufi kemudian masuk gubuk lalu menuliskan sesuatu di atas kertas untuk sang pembantu raja. Ia kemudian memasukkan kertas yang baru ditulisnya ke dalam amplop dan diberikan kepada pembawa surat.

Ini benar-benar keajaiban. Ketika hari ulang tahun sang raja tiba, berbagai hiburan dan hadiah dipersembahkan. Anehnya, itu semua tidak ada yang bisa membuat sang raja tersenyum, meski hanya sesungging senyum.

Tapi, ketika sang raja menerima hadiah cincin yang terbuat dari emas dan bertuliskan kata: "Ini semua akan berlalu!", tiba-tiba senyum sang raja yan sudah lama hilang muncul kembali. Sang raja tampak begitu bahagia menatapi cincin itu. Sang raj kemudian mengenakan cincin itu di jari manisnya.

"Ini pun akan berlalu!"

"Tidak perlu ada kesedihan," gumam sang raja dalam hati sembari memasukkan jari manisnya ke dalam lubang cintin itu.


Daftar Pustaka:
Tasirun Sulaiman, A Book of Wisdom, 2005, Jakarta: Mizan Media Utama


Komentar anda sangat diharapkan untuk ikut membangun blog ini! Syarat berkomentar:
1. Isi berupa saran dan kritik yang membangun
2. Tidak berisi kata sara, ejekan, atau hinaan terhadap satu atau sebagian kaum
3. Apabila ada perbedaan pendapat silakan sampaikan secara musyawarah & mufakat

Related

Inspirasi 8147963761422903819

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Follow Us

Like Us

Live Traffic

item