Siapakah Jodohku?

Mungkin sampai sekarang masih banyak dari umat muslim yang masih bertanya-tanya, apakah benar bahwa Jodoh, Pati, dan Rejeki itu sudah ditentukan oleh Allah SWT? Apakah tidak ada kebebasan bagi manusia untuk memilih. Terutama dalam hal jodoh, kebanyakan manusia sekarang tidak menerima dengan takdir ini, maka kebanyakan dari mereka dibuatnya gelisah, bersedih, dan menderita apabila tidak dapat memiliki orang yang dia cintai. Bahkan ada yang sampai bunuh diri karena patah hati, sangat disayangkan sekali, mengapa orang yang sebenarnya tidak memiliki ikatan apapun (pernikahan) kita bela-bela hingga titik darah penghabisan, sedangkan kita sering dilupakan untuk mengabdi kepada orang tua kita yang sejatinya lebih mempunyai hubungan batin (hubungan paling erat) daripada hubungan pacaran yang tidak diikat dengan suatu apapun juga!

Baiklah wahai Muslimah yang dirahmati Allah. Dalam artikel ini akan kita bahas tentang hubungan cinta dan jodoh. Kita mulai dengan sebuah hubungan cinta. Dalam Islam sebenarnya tidak diajarkan berhubungan cinta atau "pacaran" sebelum pernikahan. Maka kebanyakan dari ulama berfatwa untuk mengharamkan perbuatan "pacaran" itu dengan sebab banyak Mudzarat daripada Manfaatnya. Selain itu, di dalam sebuah hubungan pacaran, kita dipaksa oleh perasaan kita sendiri - yang kita sebut sebagai Cinta - untuk senantiasa memenuhi apa yang diinginkan oleh pasangan kita ataupun hasrat kita sendiri. Entah itu baik atau buruk, kebanyakan orang dibuat buta oleh Cinta. Dengan dalih Cinta mereka rela mengorbankan apapun untuk mendapatkan sang pujaan hati, padahal sudah pasti, pujaan yang dia kejar-kejar belum tentu jodohnya pula.

Sebenarnya, "pacaran" itu tidak melanggar syari'at agama, tetapi yang melanggar adalah perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh kedua insan yang melakukannya. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa pacaran adalah suatu sarana dalam mendekati zina. Tentu hal itu sangat dilarang di dalam agama, apalagi kalau sampai melakukan zina.

Terus, bagaimana kalau kita bisa mengontrol "pacaran" itu sehingga tidak menyebabkan kemudzaratan?

Nah, memang tidak ada syarat khusus yang harus dilakukan saat berpacaran. Tapi yang perlu diketahui, bahwasana pacaran adalah proses pengenalan sifat, batin, dan tingkah laku (misalkan apakah calonnya itu orang sholeh? apakah sudah cukup kesiapan batinnya? apakah kiranya sudah mampu menafkahi si calon istri jika menuju pelaminan?). Namun sekarang tujuan awal dari "pacaran" dibelokkan oleh rendahnya moral dan kebiasaan, sehingga pacaran sekarang lebih mengarah kepada pengenalan fisik (mendekati bahkan melakukan zina). Waktu pacaran pun seharusnya tidak terlalu lama dari waktu pernikahan, karena pada saat proses ini, nafsu yang menggebu-gebu menjelma menjadi Cinta (yang sebelumnya suci) dan membutakan setiap orang yang dihinggapinya. Maka dari itu, sangat tidak disaran jika pacaran terlalu lama dan terlalu jauh jarak waktunya dari jarak pernikahan. Apalagi pacaran hanya dibuat main-main saja, atau sekedar aji "mumpung masih muda". Tidak heran kalau sekarang, anak-anak dibangku SMA bahkan bangku SMP sudah mengenal perbuatan ini, karena mainset yang mereka serap setiap harinya, terutama dari televisi yang berupa film atau sinetron percintaan, mendidik mereka untuk melakukan demikian. Padalah seusia mereka sudah pasti bisa dibilang belum siap untuk melakukan sebuah hubungan (apalagi hubungan pernikahan). Jadi untuk orang tua, memang seharusnya mendampingi putra-putrinya dalam menyerap apa yang disampaikan oleh berbagai media (terutama televisi dan internet) agar putra-putri kita paling tidak bisa terkontrol dari informasi yang diterimanya.

Terus sebenarnya siapa jodoh kita?

Memang pertanyaan ini tidak bisa dijawab secara pasti, siapa jodoh kita sesungguhnya. Yang bisa dilakukan manusia adalah "mengerti dan paham" bahwasana jodoh kita adalah cerminan sifat dari diri kita sendiri. Muslimah yang baik, akan dijamin oleh Allah mendapatkan suami yang baik pula, sedangkan Muslimah yang buruk (perbuatannya) akan mendapat suami yang buruk pula (perbuatannya). Hal ini sudah dijelaskan secara jelas dan gamblang dalam Al-Qur'an:

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”(An Nur ayat 3)

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (Qs. An Nur:26)

Dari ayat di atas sudah sangatlah jelas bahwa wanita baik untuk laki-laki baik dan sebaliknya. Wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik pula dan sebaliknya. Bahkan Laki-laki pezina untuk wanita pezina atau wanita musryik dan sebaliknya.

Jadi bisa diambil kesimpulan, jika muslimah mengiginkan seorang jodoh yang baik, mulailah dengan memperbaiki dirinya. Menjauhi sejau-jauhnya zina. Memperbaiki perbuatan dan hatinya. Karena sungguh seorang muslimah yang baik dalah jodohnya laki-laki yang baik pula.

Suami sebagai imam, panutan, panasihat, sekaligus pemimpin kita setelah kita melakukan hubugan pernikahan haruslah suami yang baik. Maka dari itu, mulai sekarang juga, lindungi jodoh kita (calon suami kita) dari perbuatan-perbuatan keji, zina, dan perbuatan lainnya, yaitu dengan cara melindungi diri kita dan menjaga diri kita dari perbuatan-parbuatan tersebut.



Komentar anda sangat diharapkan untuk ikut membangun blog ini! Syarat berkomentar:
1. Isi berupa saran dan kritik yang membangun
2. Tidak berisi kata sara, ejekan, atau hinaan terhadap satu atau sebagian kaum
3. Apabila ada perbedaan pendapat silakan sampaikan secara musyawarah & mufakat

Related

Relationship 5238818345026916424

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Follow Us

Like Us

Live Traffic

item